Mosok anak sopir kog mabukan numpak bus? Haha!
Itu selalu menghantui saya dan seringnya saya luweh. Jane lehku mabukan ki yo ndak njuk setiap kali numpak mobil, bus, atau kendaraa darat beroda empat. Numpak traktor yo ora mabuk akutu. Ning yo wegah wae numpak traktor tekan adoh. Haha.
Wes, jadi gini, beberapa waktu lalu saya akhirnya dolan dan pakai angkutan umum sebagai moda utamanya. Awalnya tujuannya adalah ke arah barat. Layaknya Biksu Tong hendak mencari kitab suci. Namun urung karena syarat perjalanan yang lumayan gawe inhale dan exhale. Akhirnya perjalanan ke timur. Karanganyar menjadi tujuan dan kereta api menjadi moda perjalanan kami, Saya dan Dian. Kami berangkat mruput sekali. Sengaja supaya bisa ngejar jam pagi di kereta dan sampai di Karanganyar masih mruput. Ben le dolan iso tekan ngendi-ngendi.
Budal pukul 6 pagi dan pukul 7 pagi sudah di dalam KRL. Naik dari Stasiun Tugu kemudian turun di Stasiun Balapan. Syukur sekali Stasiun Balapan ini terintegrasi dengan Terminal Tirtonadi sehingga kami hanya perlu menapaki sky bridge dan bisa menaiki bus angkutan umum menuju Terminal Karangpandan. Yes. Hanya butuh waktu satu jam dari Jogja menuju Solo, namun waktu sekitar 2 jam dari Solo menuju Karanganyar. Ini karena bus yang kami tumpangi berhenti di sepanjang jalan menuju Terminal Karangpandan. Ukuran bus besar, namun ya tidak berAC. Biaya 15 ribu dengan hiburan lagu dangdut dari CD bajakan. Haha. Sungguh seru sekali. Di sini, bus angkutan AKDP masih menjadi pilihan masyarakat. Lain sekali dengan di Bantul yang sudah mulai sepi. Atau mungkin saya yang kurang tahu. Kapan-kapan tak jajale numpak bus Abadi. Hihi.
Naas, kami salah turun. Haha. Harusnya kami turun di Terminal Tawangmangu sekalian saja supaya bisa jalan sekitar 500meter menuju penginapan. Nyatanya, kami turun di Terminal Karangpandan sehingga kami harus cari angkutan lanjutan. Gocar akhirnya kami pakai dan menghabiskan biaya sekitar 60ribu rupiah. Kami tidak langsung ke penginapan, kami makan siang ke Sop Buntut Bu Ugi. Selesai makan, kami turun jalan kaki. Haha. Ora adoh jane, tapi karena medan yang naik turun, jadinya ya kesele lumayan. Hasil dari munggah mudun ini, kempol alias betis saya ngethok-ngethok sampai 5 harian. Belum lagi biru-biru eremnya. Ning rapopo, kesel ning seneng og.
Sampai di penginapan untung langsung bisa check in. Kami memilih Hotel Bintang dan biaya satu malam menginap dengan fasilitas sarapan untuk 2 orang. Hotel ini nggak perlu AC. Mohon maaf, ora Acnan wae wes uwadem. Haha. La yo pie to yo. Wah heis. Sarapannya oke menurut saya, ya standar, tapi dengan harga segitu dan dibagi dua wes nyaman turune, adus ra kerepotan, saya bisa kasih dua jempol di sini. Selesai ngurus administrasi, kamu nerus ke Grojogan Sewu.
250meter saja, ning rasane koyo berkilo-kilo. Karena apa? Karena munggah mudun. Haha. 22ribu per orang untuk harga tiketnya. Ketemu kera, mohon berhati-hati.
Jangan sampai makanan terlihat karena akan diambil secara paksa. Wes, rasah aleman. Manut karo papan pengumuman lebih aman. Kesel nang Grojogan Sewu, kami kembali ke penginapan dengan tarif dua ribu rupiah per orang. Haha. Motoran, Gaes.
Dian sampai di penginapan langsung istirahat, saya masih nerus cari buah dan mbaleni sate nang ngisor penginapan. Edan. Sate nang daerah wetan Jogja ki kayake kog le menarik dan luwih masuk akal. Haha. Iki sate yang saya jajal ini murah dan enak dan digoleki gampang. Sate Pak Pur namanya. Eh, khususon untuk makanan ini tak ceritakan di tulisan selanjutnya ya. Hehe. Ben dadi bersambug gitu. Halah. Rampung maem, balik ke penginapan, adus, turu.
Pagi berikutnya disambut dengan kempol dan kaki yang rasane aduhay karena kesel dienggo munggah mudun. Haha. Pukul 8 pagi kami check out. Langsung pakai armada angkutan umum yang kami temui di Terminal Tawangmangu. Modal 10ribu kami turun di Terminal Jungke.
Lanjut ke Pasar Gede dengan modal 50ribu rupiah menggunakan Gocar. Keraton Solo, kemudian lanjut cari oleh-oleh sekalian ke Klewer, kemudian selesai di Stasiun Balapan lagi. Kami pulang dengan hati senang, tas yang semakin berat, bawaan yang banyak, dan kaki yang rasane yungalah. Hahaha.
Agaknya teman saya ketagihan untuk kembali dolan. Say apalagi. Selalu mendapat hal baru dan menjadi manusia baru nek bar dolan. Saiki nyelengi sik, dolan neh sesok. Aaamiin.
1 reply on “Naik Angkutan Umum? Siapa Takut!”
Amiiiinnn.
Ayo nyèlèngi, Mbak.