Categories
Uncategorized

Kebutuhan Untuk Didengarkan

Semakin ke sini, saya ini semakin ngerti bahwa jebulane menungso ki butuhe gur dirungokne. Opo meneh menawa pas ndue masalah. Karena, sadar atau tidak, si punya masalah sebenernya sudah punya solusi akan masalahnya. Si punya masalah ini sebenernya hanya mau berbagi cerita, bukan meminta solusi. Jadi, memberikan waktu dan salah satu telinga untuk mendengarkan itu bisa jadi hal yang bijak dilakukan.

Sayangnya, ndak semua orang mau untuk jadi pendengar. Yakin. Beberapa manusia di Indonesia ini kayaknya kalau dengar orang lain cerita malah lebih sering saling mengadu nasib. Misalnya, ada yang cerita lagi kena sial, malah dibalas dengan cerita lebih sial. Ketika cerita dapat harga murah dari suatu barang yang dibeli, tanggapannya malah cerita dapat harga yang lebih murah. Gitu, lah. Kita ini, kadang ndak gitu baik jadi pendengar. Padahal jadi pendengar itu enak. Tinggal hok ah hok oh aja njuk takzim mendengarkan.

Beberapa hari lalu Mas Alit (shitlicious) ngetweet,  kita ini hidup tak berapa lama namun pengalaman di dunia ini banyak banget dan umur manusia nggak sanggup njalani semuanya, makanya mendengarkan cerita atau pengalaman orang lain sudah merangkum semuanya dan kita bisa belajar dari cerita dan pengalaman itu. Saya sangat setuju dengan hal itu, dan beberapa hal yang saya jalani atau keputusan dalam hidup yang saya ambil memang dapat dari buah mendengarkan cerita dan pengalaman orang lain. Beberapa orang bilang bahwa kemampuan mendengarkan ini nggak semua orang bisa dan punya. Namun, bukan berarti hal yang sulit dilakukan.

Saya juga masih dalam proses untuk bisa menjadi pendengar yang baik. La pie, jal? Ego manusia saya selalu ingin bercerita yang lebih ketika ada yang orang yang sedang berbagi cerita. Sifat megaloman manusia kan semua punya, kadarnya aja yang berbeda menurut saya. Ada yang sudah wes lah dengan hidup sehingga punya waktu luang untuk menampung cerita, ada yang sifat pengen ketoknya masih gede jadi pengen nyaingi terus ketika ada orang bercerita.

Eh, tapi, jangan dikira pendengar yang baik itu njuk gur hok ah hok oh tok. Dia mencatat dalam otaknya hal yang bisa dia pelajari, dia menilai cerita yang disampaikan, dan dia bisa juga menghakimi si pencerita. Kabeh kui gur ora diketokne wae, padahal jane yo kabeh ki digatekne.

Wes, kene, arep crito opo? Tak rungokne!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *