Dek nu kae lak wes tak ceritakno babagan awaku nggawa gelas isi kopi tekan ne simbah padahal le gawa seko ngomah. Saiki, bakal tak jajal ceritakne, njlentrehne lebih tepate ngopo kog pada akhirnya saya berdamai dan mau mengantar simbok untuk melayat di hari yang sudah gelap dan hujan pula.
Jadi gini, anak itu adalah makhluk yang baru di dunia ini. Dia ndak reti apa-apa kalau tidak dikasih tahu atau mencari tahu. Ya, iyalah, Dek! *dikeplak
Anak itu ndak tahu ndisik asal usul wongtuane kepie. Cerita muda orangtuanya seperti apa, termasuk interaksi orangtua seperti apa. Setiap manusia kan punya satu atah banyak orang yang mungkin berpengaruh dengan kelangsungan hidup mereka. Bisa yang berjasa dengan kebaikan, bisa juga yang berjasa dengan kesakitan. Mereka yang pernah membantu, dan mereka yang pernah membantai. Mereka yang selalu ada, dan mereka yang selalu meniadakan.
Ketika saya akhirnya mengiyakan untuk mau mengantar simbok pada waktu itu, selain karena yo wangune tak terke lah, adalah karena siapa tahu orang yang meninggal punya andil besar dalam hidup yang dijalani simbok. Sebagai orang ndeso, kekerabatan dengan tetangga menjadi hal yang lumrah dan bahkan bisa lebih dekat dibanding dengan saudara sendiri. Beberapa dari kita malah lebih senang ikrib bingit dengan teman atau tetangga (yang baik) dari pada dengan saudara yang hitungannya sedarah, bukan?
Mengingat akan hal itu membuat saya mengerti bahwa memberikan wujud kepedulian kepada orang yang ditinggal meninggal itu perlu, sebagai wujud penguatan. Kembali ke masalah anak yang tidak mengetahui cerita orangtuanya. Anak ndak pernah ngerti dulu cerita kehidupan lalu orangtua seperti apa dan mungkin saja orangtua sudah menguburnya dalam-dalam. Beberapa hal tidak mengenakan dalam hidup memang sebaiknya tidak perlu dibagi. Namun, hari ini juga terbuat dari masa lalu. Manusia di hari ini terbentuk dari keputusan yang diambil di hari lalu. Beberapa ndak sadar akan hal itu. Kemudian kaget dan nggak siap ngadepi kasunyatan karena hal dari masa lalu masih kebawa di masa yang datang.
Berbekal hal tersebut pula saya sekarang nek disuruh untuk ke tempat kerabat, teman, atau rekan dari simbok atau almarhum bapak saya selalu mengusahakan untuk bisa dan ngerti mereka. Mereka berjasa bagi orangtua saya khususnya dan bagi keluarga kecil saya umumnya. Mereka yang baru saya kenal ketika bapak meninggal sedikit banyak punya andil dalam keberlangsungan hidup keluarga saya. Baik atau jelek, bukan saya yang menilai. Namun, menanam kebaikan selalu diajarkan oleh bapak.
Gitu.