Saya seneng jajan, tumbas bakmi jawa apa meneh. Seneng. Banget. Wes piro wae sek nate tak jajal, ning ndak pernah njajal sek jenenge sego goreng. Kenopo? Mergane menurutku sego goreng ki panganan sek berlebihan. Sego diliwet, njuk digoreng. Sungguh pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra. La kui lak podo wae dua kali kerja, to? Kan? Kan?
Lebih daripada itu, saya punya taste sendiri untuk urusan sego goreng. Saya bertumbuh dengan masakan sego goreng ndeso yang tanpa kecap dan gurih. Bumbu yang dipakai adalah campuran bawang merah dan bawang putih. Tidak umum karena biasane nek sego goreng nang warung bakmi jawa ki gur bawang putih dan kemiri. Sego goreng ndeso ala saya tentu saja tanpa merica karena kalau mau pedas, lombok riwit rajangan atau sekalian diuleg dengan brambang dan bawang adalah solusinya.
Waktu berjalan dan saya jebulane punya penambahan dalam hal sego goreng ini. Saya suka sego goreng ndeso dengan bau sangitnya itu. Jelas sangit wong dimasak dengan kayu bakar yang kebule sok luwih akeh tinimbah jumlah segane. Jadi, taste standar saya adalah sangit, tanpa kecap, bumbu dengan bawang merah dan tambahan merica secukupnya. Kalau mau pedas, rajangan lombok solusinya. Telur diawul-awul dulu sebelum masuk ke masakan sego goreng.
Ciri seperti itu, sebenernya sudah ada yang mendekati, yakni Nasi Goreng Tiarbah. Awalnya kan nasi goreng ini ada di Belitung, ya. Namun kan terus viral dan dia punya banyak cabang. Di Bantul ada, tapi akhir-akhir ini sering tutup dan nggak buka PO. Duh, sedihnya 🙁
Kalau di sego goreng ala saya kan pakai ayam, kalau di Nasgor Tiarbah pakainya dendeng dari sapi. Dendengnya berlemak, jadi mlekoh gitu. Akan terasa b aja si dendeng itu karena bisa jadi dendengnya beku. Nek saya karena pakai ayam jadi ya bisa terasa segar dan liatnya daging ayam.
Semenjak punya ciri sendiri dalam babagan sego goreng, saya sekarang jadi seneng maem sego goreng. Sego goreng gaweanku dewe tapi. Dudu sek jajan, soale nek sek jajan kan raiso nembung sek nganti nlitik-nlitik gitu. Selain dari yang tak sebutkan di atas, sego goreng yang membuat saya terkenang hingga saat ini ya campuran tempenya. Iya, simbah saya bikin sego goreng dengan tempe sebagai pengganti telur atau ayam. Jaman semono raiso mbendino maem endog, apa meneh ayam. Jadi ya sehingga, gaes. Gitu.
Semangat saya bikin sego goreng akan membara ketika dapat kiriman nasi dari uleman, sukuran, atau ater-ater. Ciri nasinya kering, dan sudah ada ayam di paketan itu jadi kan wes cetha gurih dan ra perlu tuku ayam meneh. Haha. Jarene, sego goreng bakal luwih sedep nek loncang utawa daun bawange katut digongso. Durung tak jajal, tapi kayake bakal inuk. Pie? Budhal, ra?