Categories
Uncategorized

Sebuah Cerita

Wes, pokoke di postingan ini saya hanya akan bercerita dan berbagi tentang yang ada di otak saya. Loh? La biasane pie, Dek? Haha. Makane judule gitu. Karena, ya, gitu.

Kemarin sore kan hujan di Bantul dimulai dari sebelum magrib.

Waktu seperti itu lak enak banget untuk ngopi dan menikmati nyamikan. Saya ke dapur, nyeduh kopi sachetan, iris kates lalu tak bawa ke dalam rumah untuk dinikmati sambil cek Whatsapp. Jebulane, ada berita duka. Lokasi berita duka ada di wilayah beda kecamatan. Tempat simbok berasal. Saya pikir karena hujan kan ya besok saja le layat ke sana.

Jebulane tidak. Simbok ngejak saat itu juga karena kalau besok dikebumikan saat pagi belum tentu bisa ke sana. Saya, yang dalam kondisi kopi sachetan belum anget dan pengen menikmati dengan khidmat ngenyang. “Mbok besok saja, ini hujan”, saya bilang gitu. Jawaban Yang Dipertuang Agung Simbok adalah, “ Aku iso menyang dewe, kog. Udan yo mantrolan”. Wes, ngel! Angel! Akhirnya saya nawar lagi, “ Ya wes, tak ngentekne kates iki ndisik”. Kopi sachet saya gimana nasibnya? Ya, tak bungkus seperti gambar itu. Kenapa nggak pakai Tupperware? Kenapa tidak diplastik saja? Ra kepikiran, gaes. Haha.

Kopi dibawa simbok, saya mboncengke dengan baik.

Oke, kemudian saatnya pulang bali kandang. Bantul masih hujan dan kayaknya rata. Ya wes, rash sambat. Dilakoni. Ketika pulang, pas jarak 10 meter mau sampai rumah, saya ingat kalau KUNCI RUMAH KETINGGALAN DI RUMAH SIMBAH. HAHA! Rasakno, Dek! Kudu puter balik dan ngambil kunci dulu.

Sekarang giliran simbok yang mbesengut dan nggrundel. Saya ketawa dan melarikan motor kembali ke arah jalan menuju rumah simbah. La pie, jal? Arep misuh yo ra ndadekne kunci teko dewe. Pukul setengah sepulur pergi lagi dan kondisi mboncengke simbok dalam kondisi mbesengut membuat saya memilih untuk mboncengke damen saja rasane. Ijik mending mboncengke damen, ono gatel-gatel e, la nek mboncengne wong mbesengut ki wes kabotan dan raiso dijak rembugan. Di hari kemarin total tiga kali ngelus dalan arep ne simbah la wong ithak-ithik malah koyo setrikoan. Haha.

Ada hal lain dari cerita kemarin sore itu, saya ceritakan lain waktu yes. Pokmen gitu, udan-udan menambah imun karena menertawai kebodohan sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *