Categories
Uncategorized

Tantangan menulis 21

Write about LOVE

Duh, ini kalau dijlentrehne, bisa ra uwis-uwis. Yakin. Tapi, saya coba berbagi cerita mengenai hal ini berdasarkan pada pengalaman saya sejauh ini, nggih.

Memaafkan. Yes, selalu ada maaf. Ada pemakluman, ada kata mengerti yang pada akhirnya berakhir dengan pemaafan. Namun, harus dengan logika yang jalan, ya. Mosok salah terus dan seringnya salahnya karena hal yang sama dan dimaafin terus. Nggak gitu lah. Ndak perlu sampai segitu. Cukup ditataran masih lumrah salahnya dan layak dimaafkan. Kalau ditanya hal apa yang sudah ndak layak dapat maaf, mungkin akan berbeda satu dengan yang lain. Namun yang pasti, sebelum akhirnya memaafkan orang lain, maafkan diri sendiri dulu.

The power of menerima apa adanya itu sungguh nyata. Nggak dalam arti terus ya seadanya tanpa ada usaha memperbaiki lo ya. Menurut saya, lebih kepada penerimaan yang nrimo. Hanuwoh, bingung ra? Gini, sebuah kebiasaan tidak akan mungkin bisa dengan mudah dirubah. Nah, hal ini wajib diketahui menurut saya karena terkadang, dengan semangat bahwa semua orang bisa berubah njuk kabeh digebyah uyah. La padahal ki nyatane ndak mesti gitu. Banyak yang akhirnya kecewa karena ya pengharapan mereka terlalu tinggi.

Wujud dari nrimo itu ya akhirnya beradaptasi. Manusia bisa tetap ada di bumi ini juga karena adaptasi, menurut saya. Jadi, ya pola berfikirnya mungkin diubah, “Bisa nggak saya berdampingan dengan orang ini untuk waktu yang lama?”, bukan, “Nggak, papa. Nanti juga dia berubah”.

Gitu.

Eh, kayaknya segitu dulu. Haha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *