Semenjak bulan Maret, istilah “garda terdepan” menjadi makin akrab terdengar dan terbaca di beberapa lini media sosial, status WhatsApp, media cetak, dan lain-lain.
Suwe ning suwe, tidak hanya digunakan sebagai istilah untuk skala nasional saja bahkan RT pun juga memakai istilah itu. Keren , ya. Terdengarnya. Namun tidak dengan tanggung jawabnya. Abot, Lur. Opo meneh nek mungsuh wong ngeyel. Hedeh!
Banyak sekali yang menyatakan, bahwa garda terdepan di masa pandemi ini adalah tenaga kesehatan. Namun, menurut saya, garda terdepan di panemi ini ya masyarakat. Menjadi sadar akan kebersihan, keluar rumah hanya di saat penting, dan tetap sadar menjaga jarak. Tenaga kesehatan menjadi garda paling akhir dan paling dijaga seharusnya, karena jumlahnya yang terbatas dan ketersediaan alat yang tidak banyak.
Sebelum pandemi ini, beberapa orang enggan ke rumah sakit apabila memang tidak perlu-perlu amat. Meriang ya kerokan, mumet ya minum teh anget, sakit pinggang ya minum air putih yang banyak, kesel ya leren. Pergi ke klinik pengobatan, rumah sakit, dokter umum, atau rumah sakit menjadi tujuan akhir apabila segala hal yang sudah diupayakan di rumah tidak membuahkan hasil yang maksimal.
Namanya juga usaha, ben reti hasile dan reti kudu kepie, kan? Ya apik.
Beberapa hari lalu, saya mendengar opini seperti ini “Garda terdepan pendidikan adalah guru”. Huhuhu. Padahal, lagi-lagi menurut saya, garda terdepan pendidikan adalah orangtua. Anak di sekolah, belajar dengan guru, tidak 24 jam. Sedangkan di rumah, orangtua lebih sering bertemu dengan anak. Seharusnya, ada banyak yang bisa dipelajari ketika di rumah daripada di sekolah. Belajar kan tidak melulu perkara satu ditambah satu sama dengan dua. Belajar tentang kepribadian akan lebih ngena kalau dikenalkan oleh orang terdekat, bukan? Orangtua, dong?
Namun, masih ada begitu banyak orangtua yang berpikir bahwa sekolah itu kotak ajaib. Mereka menyekolahkan anak, keluar dengan harapan sudah menjadi barang jadi yang sesuai harapan mereka. Padahal, mengolah manusia itu sulit. Manajemen manusia itu tidak mudah. Beberapa orangtua terkadang memang tidak kembali menengok ke dalam diri mereka yang dahulu ketika menjadi anak. Namun, tidak semua. Beberapa orangtua yang siap juga sangat membantu proses belajar dan mau tetap belajar. Salut untuk njenengan semua!
Masa pandemi ini sungguh membuat semua “ngolet”. Menjadi gumregah, mengumpulkan nyawa dan semnagat serta usaha lebih karena tidak mudah dijalani sambil bermalas-malasan. Ada yang diupayakan, ada yang dipelajari lebih dalam. Semoga semua berbenah, menjadi lebih baik. Banyak pula kejadian yang menginspirasi dan bisa dijadikan contoh. Panjang umur hal-hal baik! Sudah siap,menjadi garda terdepan?
2 replies on “Garda Terdepan”
Avant garde.
Yang ini kesannya beda. 😁
Beda gimana? Haha