Categories
Uncategorized

(Masih) tentang Corona

Sebagai seorang bapak, kepala tentu pusing tiada terkira. Pekerjaan kacau, penghasilan menjadi tidak karuan. Banyak hal yang berputar di kepala dan membuat buyar. Kesenggol sedikit, bisa marah dan menjadi hilang sikap bijaksananya. Sebagai seorang ibu, carut marut kehidupan dan keuangan komplit jadi satu. Merombak keuangan keluarga, mendampingi anak belajar di rumah, tetap melakukan pekerjaab rumah dan menyelesaikan semuanya dengan baik. Sebagai seorang anak, melihat orangtua lebih sering berdiskusi dengan sesekali mbrambangi tentu tidak mudah. Pengalaman baru yang mungkin akan selalu dikenang hingga akhir waktu. Semua, kena dampaknya. Semua, mengalaminya.


Sebagai seorang pengusaha, isi kepala penuh dengan kebijakan apa yang harus saya ambil agar semua terselamatkan. Baik usaha, dan karyawan. Hal apa yang paling minim risiko dan dirasa adil bagi semua. Berat, iya. Namun menyerah bukan pilihan utama. Sebagai seorang karyawan, pikiran runyam. Pekerjaan bisa jadi taruhan. Semua butuh pemasukan, namun dia sedang lambat berjalan. Lambat sekali, padahal kebutuhan akan keberlangsungan hidup tidak bisa diperlambat bahkan diberi jeda. Semua, kena dampaknya. Semua, mengalaminya.
Sebagai seorang guru, mengajar dan kembali belajar akan hal baru menjadi sebuah keharusan. Gawai lebih sering dipegang dan ditengok. Memastikan anak didik tetap belajar meski raga tak bisa bersua. Wali murid menjadi rekanan setia untuk suksesnya sebuah pembelajaran. Sebagaj seorang murid, bosan melanda dengan ganasnya. Terlalu lama di rumah ternyata menimbulkan rasa kangen akan sekolah juga. Sepak bola bukan lagi teman kala istirahat. Home schooling? Ternyata belum tentu cocok untuk semua. Sebagai penjaga kantin, penjual makanan kecil, distributor makanan ringan, dan sesamanya, bingung harus bagaimana mengais rejeki. Anak belajar di rumah makin diperpanjang waktunya. Ramai pesanan dengan acungan tangan berisi cuan sungguh menjadi hal yang dirindukan. Meski terkadang bau keringat anak-anak bercampur dengan panas cuaca sungguhlah bukan perpaduan yang indah. Namun ternyata itu ngangeni. Tapi saat ini semua itu menjadi sebuah kenangan. Semua,kena dampaknya. Semua, mengalaminya.
Sebagai seorang bakul, cuan lambat berjalan. Daya beli menurun. Masyarakat berhati-hati dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Kepala penuh dengan ide dan rencana, akan diapakan dagangan ini? Kulakan sudah dilakukan jauh hari, stock melimpah, tapi keluar dari gudang tidak bisa secepat biasanya. Pembeli yang biasanya menjadi langganan, sering datang, sekarang bisa dihitung dengan jari waktu kunjungnya. Sebagai seorang pembeli, menata kembali arus pengeluaran menjadi hal yang pasti. Bila tak berhemat di hari ini, besok bisa jadi harus cari pinjaman. Masa seperti ini, ikat pinggang harus semakin kencang diikatkan. Iya. Semua, kena dampaknya. Semua, mengalaminya.
Roda kehidupan, memang sedang berjalan melambat. Meski di beberapa tempat, dia berputar dengan cepat. Ada yang diharuskan segera dilakukan. Ada yang bisa nanti dulu. Itu semua, berbeda bagi satu dengan yang lainnya. Helaan nafas panjang dan berat makin sering dilakukan sebagian orang. Seakan mencoba menghilangkan penat pikiran. Mencoba mengusir hal-hal buruk yang semakin sering berseliweran di kepala. Mencoba meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Kita bisa melewati ini dengan baik.
Semua bingung. Semua ingin membantu. Semua bekerja. Supaya cepat selesainya.

2 replies on “(Masih) tentang Corona”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *