Kali ini saya mau berbagi cerita yang lebih detil dari pengalaman saya ikut meditasi tahun lalu. Saya tahu mungkin blog ini tidak banyak yang membaca namun, saya akan infokan bahwa saya sudah bercerita tentang pengalaman saya bermeditasi di Candi Mendut di post ini dan ini. Hehe.
Baiklah, sekarang saya akan ceritakan lebih rinci tentang salah satu yang mengusik saya sampai dengan hari ini yang ndilalahe saya dapatkan dari ikut meditasi kemarin. Jadi, saya ketika datang itu memang paling banyak bicara dibanding dengan peserta yang lain. Entahlah, tapi saya merasa mak dheg ketika kelas meditasi dimulai dan ada kalimat untuk tidak mengobrol dan berbicara seperlunya saja.
Jadi memang, perilaku terlalu banyak berbicara itu ya tidaklah baik. Saya, ndilalahe diberi kesempatan belajar di Mendut dan mencoba selalu mengaplikasikannya di kehidupan setelah meditasi. Saya sekarang mencoba untuk bercerita atau mengobrol seperlunya. Akan tetapi, namanya juga manusia kan? Kadang saya ya nrocos aja kayak kereta tanpa rem. Gitu deh.
Penting nggak? Penting ternyata. Ini nek saya lo ya. Kadang suara yang keluar itu terasa sunyi namun, suara dari dalam hati yang dibatin itu menjadi lantang. Terlalu banyak berbicara menjadikan suara hati tidak terdengar juga. Padahal, terkadang suara hati itu yang menuntun menuju sebuah tempat yang lebih baik. Misalnya.
Kemarin ketika di Mendut, meskipun berbicara hanya seperlunya, sama sekali tidak ada keributan atau salah paham. Kami peserta meditasi kan berbicara seperlunya, jadi ya malah tidak menimbulkan salah paham. Kami fokus pada kehidupan kami masing-masing. Ketika ambil makan juga antri dengan tertib dan rapi. Ketika mau menggunakan kamar mandi juga antri dengan tertib dan baik. Sesama perserta hanya saling senyum seperlunya. Dari hal tersebut saya belajar, bahwa gesture atau gerak tubuh manusia sebetulnya sudah bisa menjadi alat berkomunikasi yang efektif. Lantas, kenapa mesti sampai teriak untuk menunjukn suatu hal?
Bicara yang penting, bukan yang penting bicara. Salah satu cara untuk menghormati orang lain juga karena ternyata tidak semua orang suka untuk saling berbicara dan beramah tamah apalagi dengan orang baru, di lingkungan yang baru. Jauh sebelum hari kemarin ketika ikut meditasi, saya juga terkadang berbicara seperlunya saja. Uum.. Mungkin lebih kepada berbicara kepada yang saya hanya mau ajak berbicara dan saya sedang ada keperluan. Selebihnya ya lebih baik diam. Kejadian lain, saya ini susah diajak berbicara ketika setelah bangun tidur. Mungkin kalimat “mengumpulkan nyawa” itu berlaku untuk saya. Selain malas, saya blas nggak nyambung pokoknya kalau diajak bicara setelah bangun tidur. Haha
Saya pikir semangat berbicara yang penting saja itu bisa ditanamkan di rumah juga dan mengajari anak untuk (maaf) terlalu banyak berbicara. Haha.