Yup! Ini adalah opini pribadi dan saya sebagai orang awam, solusi tersebut adalah yang paling mudah dan murah. Cepat juga. Hehe.
Beberapa waktu lalu saya melihat postingan sebuah media pemberitaan mengenai banyaknya sampah yang menggenang di Sungai Citarum. Pas saya lihat ya memang sak akeh tenan dan saya jan e gatel ingin ngentas lantas membakarnya. Indonesia ini, masalah sampah seakan ra rampung-rampung. Berbagai solusi dicari, cara digunakan, tapi kog malah semakin banyak.

Kalau pengelolaan sampah rumah tangga di tempat saya, memang masih tradisional alias ya dibakar. Meskipun demikian, di ibukota Kecamatan Bantul terdapat bank sampah yang mampu dan mau menampung sampah rumah tangga dengan catatan sudah dipilah dan dipilih. Ya ora njuk teko byuk plung lap kepinuk kae. Ya tetep ada aturan yang berlaku. Namanya juga bank loh ya, ada nilai ekonomisnya yang dinilai. Bukan semua sampah lantas diregani.
Saya pribadi, masih sering membakar sampah di rumah. Apalagi sampah plasti dan kertas. Untuk sampah yang berupa sayur dan buah, serta daun-daun, saya biasanya menguburnya supaya menjadi kompos alami. Untuk saya ini efektif dan sangat membantu sekali karena sampah yang tidak terurai yang saya bakar tadi langsung hilang tidak terlihat bentuknya.
Di beberapa negara sudah ada teknologi untuk pembakaran sampah yang tidak menimbulkan asap. Yup! Kendala yang sering digaungkan apabila sampah dibakar adalah mencemari udara. Iya, udara memang menjadi tercemar. Bau sangit lah. Tetapi, itu berlangsung tidak lama di tempat saya karena sampah yang saya bakar tidak banyak. Tapi ya tercemar tetap saja tercemar. Wes. Titik.
Namun demikian, “Bagaimana kalau ternyata, cara menanggulangi sampah yang paling efektif adalah dengan dibakar?” Semoga, di hari esok, akan ada salah satu anak bangsa yang bisa membuat penemuan sebuah alat atau cara membakar sampah tanpa menimbulkan efek pencemaran udara.