After all this time, finally I share a story again! Yeay! Lah, biasa wae, Dik. Sek penting ki le konsisten.
Jadi gini, saya ini lagi sibuk dengan kegiatan rewangbernama gawe souvenir nikahan. Lumayan yang bahan yang harus dipotong tentu saja berbanding lurus dengan lumayannya item yang harus dibungkus dan dipack. Jumlahnya 700 item, ndilalah e sudah jadi 85, jadi ya tinggal sisanya njuk ndilalah meneh ketambahan sekitar 39 pcs. Jadi ya sehingga gitu, Lur.
Souvenir kali ini bentuknya pouch, sesuai dengan apa yang memang saya bisa lakukan. Ukurannya lumayan besar, jadi ya butuh tenaga extra untuk bisa membuat semua sesuai dengan jadual pesanan harus selesai. Sekarang tinggal proses ngepack saja karena beberapa sudah saya bungkus. Adalah sekitar 135pcs yang belum terbungkus, tapi itu bakal selesai sesuai target, Insya Allah.
Saya bukan mau cerita tentang proses saya membuat pesanan itu, tapi mau sedikit berbagi cerita tentang si souvenir nikahan itu sendiri. Sebenernya, kalau dipikir lagi, perlu ndak ada souvenir pas acara nikahan? Nek saya pribadi ora. Hahaha. Bukan karena pelit loh, ya tapi kog kayaknya sekarang ini melihat suatu souvenir nikahan menjadi sebuah keharusan padahal ya kui ki kebutuhan tersier. Nek ada rejeki lebih, ada ya Alhamdulillah; kalaupun tidak, ya ndak papa juga wong sek penting ki le ijab kog nek babagan rabi ki. Hento? Iya to? Hehe.
Saya lebih kepada efisiensi. Jadi gini, kalaupun souvenir nikahan itu masuk dalam budget untuk sebuah perhelatan pernikahan, saya harus memastikan itu nanti souvenir akan berguna bagi si empunya. Bukan sekedar diambil ketika nulis di buku tamu, trus dibuang. Nah, kan ada banyak item yang bisa dipakai untuk memenuhi criteria berguna ini. Sebut saja, gelas, mangkok kecil untuk sambal, asbak, pulpen, atau ya pouch seperti yang saya sedang kerjakan ini. Setidaknya, membuat si pemilik menjadi terkenang dengan momen pernikahan tentu saja menjadi salah satu tujuan dari sekian banyak hal yang menjadi pertimbangan kenapa sampai harus ada souvenir ketika nikahan.
Kemudian, apakah perlu souvenir nikahan itu ada nama si pengantin? Nek saya, bisa iya bisa tidak. Terkadang orang juga malas kalau sampai harus ada embel-embel nama orang dalam item yang mereka miliki. Kalau gelas kan ya dipakai di rumah saja. Jadi, nek ada sablon ya oke lah. Toh dipakai di rumah. Kalau pouch atau tas, mungkin sebaiknya diberikan label di sisi dalam atau ikut dengan jahitan samping. Tidak mencolok, tapi nggatheli untuk dibaca. Haha.
Mempersiapkan pernikahan apalagi kalau sampai hal detil harus dilakukan, bisa menjadi hal yang membuat bersemangat. Asal ada rejeki, Insya Allah semua bisa dipenuhi. Toh sekarang ini banyak banget souvenir system borongan dengan system jual kodi di Pasar Bringharjo. Jadi ya sehingga, Lur. Ra perlu bingung. Hen to?