Categories
Uncategorized

Manajemen panik

Tulisan ini saya buat karena pengalaman saya menghadapi orang yang selalu panic ketika menghadapi suatu kasus atau kejadian. Kebanyakn karena kejadian yang membuat sedih, sejauh ini. Saya pikir perlu, seorang manusia, menjadi tidak mudah panik.

Kalau orang Jawa bilang, Aja kagetan, nah sebenernya init uh magsudnya sama. Menjadi orang yang tidak mudah panic supaya tetap waras dan sat set dalam mengambil langkah bukan malah gundah berkepanjagan tiada guna. Saya tahu, tidak semua orang bisa begitu, tetapi belajar untuk menjadi pribadi yang tidak panikan atau kagetan ki perlu banget.

Tengoklah Jepang. Negara ini ketika terkena bom langsung mengumpulkan guru yang masih hidup. Mereka membangun peradaban dengan guru-guru tersebut. Lantas, lihatlah Jepang hari ini. Dengan tidak panik, bisa berpikir jernih dan membangun masa depan dengan baik. Namun kalau panik, lantas berpikir grusa-grusu membuat semua malah tambah kacau.

Sepertinya ini berlaku untuk hal sepele juga. Misalnya, ketika mendapati kabar yang tidak begitu mengenakan. Kalau kabar seperti gagal ujian, mungkin masih bisa digadang-gadang karena ujian kan bisa dipersiapkan ujiannya dan dipersiapkan mental kalau tidak diterimanya. Nah, bagaimana dengan menghadapi kehilangan? Kematian misalnya. Menurut saya, manusia tidak pernah ditawari Tuhan untuk ditinggalkan mati oleh orang yang disayangi atau orang terdekat. Ya terjadi begitu saja gitu.

Kalau yang dikedepankan adalah kepanikan, besar kemungkianan menjadi tidak bisa berpikir jernih akan bagaimana selanjutnya. Tidak usahlah terlalu muluk dengan bagaimana menjalani kehidupan selanjutnya, tentang bagaimana selanjutnya tindakan yang akan diambil saja dulu. Ketika mendengar berita duka, apa yang sebaiknya dilakukan. Berteriak histeris lantas pingsan? Atau menenangkan diri supaya tidak panik dan menata apa yang sebaiknya segera dilakukan? Kalau saya tentu memilih yang kedua. Kehilangan memang tidak mudah untuk dijalani, namun selalu ada pilihan untuk menjadi terpuruk sesaat setelah menerima kabar itu, atau menjadi tatag dan melakukan hal yang sekiranya diperlukan.

Lagipula, menurt saya,kalau semua panik, pasti malah tidak kecakan. Ibaratnya, kalau semua takut, nanti yang ada malah tidak maju-maju. Harus ada satu dua orang yang tetap waras dan bahkan berpura tidak takut ketika sebuah kejadian yang tidak mengenakan terjadi. Berpura tidak panik dan tetap berpikir dengan baik ketika hal buruk terjadi. Meski setelahnya ya menangis dengan sangat keras dan hancur tidak berbekas.

Yuk, belajar menjadi pribadi yang tidak kagetan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *