Mengawali bulan Februari dengan dapat hadiah nonton film. Ndilalah e film e kog ya Terlalu Tampan. Film yang dari awal pas lihat trailer saya berkomentar, “Iyuh, iki film alay. Hih!”.
Ning jebulane isi ceritane uwapik. Hahaha. Saya jadi isin sendiri nek kelingan pernah ngehiyek-hiyek in film ini. Film ini produksinya Visinema. Ada mas Angga Dwimas Sasongko di situ. Kalau tahu film Filosofi Kopi dan Love for Sale, nah beliau juga tanga dinginnya ikut nggarap itu film.
Pas nonton dari awal memang tidak ada harapan yang setinggi langit karena ya biar gimana ini poster film beneran gengges. Hadeeh. Khas anak SMA yang masa pubertasnya tinggi gitu. Ya pokoknya dinikmati filmnya. Pas awal film ya biasa saja, konflik belum ada. Pas agak masuk sedikit baru kelihatan. Si Kulin, anak yang diceritakan terlalu tampan di sini, ternyata anak rumahan banget karena dia takut dikerubutin orang-orang saking tampannya. Sampai kemudian kedua orangtuanya dan kakak Mas Okin merasa harus membuat Kulin keluar dari rumah.
Long short story, Kulin akhirnya masuk sekolah regular dan di sini lah keseruan film berawal. Kulin mulai kenal dengan Kibo, tahu ri Rere yang pada akhirnya ditaksir Kulin tapi nggak mau karena ternyata Rere sukanya sama Kibo. Amanda, si ratu di sekolah khusus perempuan yang sangat elegan, diperankan oleh Nikita Willy, yang juga naksir sama Kulin. Trus ada juga Cije(?), penggemar berat Amanda sampai diniati 3 tahun nggak lulus biar bisa ada pesta perpisahan gabungan antara sekolah khusus cowok dan cewek. Apik jebulane film e. Haha.
Hal yang membuat film ini menarik kalau saya karena film ini ada cerita tentang persahabatan dan sedikit bumbu cinta-cinta an ala anak SMA. Persahabatan antara Kulin dengan Kibo yang meskipun beru banget terjalin tapi sangat intens, dan persahabatan antara Rere dan Kibo yang jebulane saling sayang membuat film ini bikin deg-deg sher. La kepie, jal? Ini kan Kulin judulnya juga suka sama Rere. La yo ndak enak lah saingan sama teman sendiri. Njuk kepie kui akhir e? ya monggo ditonton sendiri sebelum turun layar 😀
Beberapa scene terlihat terlalu smooth dan membosankan, tapi ya saya masih bisa oke dengan semua itu. Anggap saja sebagai jeda dari semua scene yang mungkin membuat hati deg-deg sher tadi atau yang membuat tertawa. Eh, ada bercandaan garing yang bikin ketawa lumayan keras juga. Cek deh. Haha!
Sekilas kembali ke dunia nyata, di film ini saya jadi belajar bahwa ya nek ada masalah ki dihadapi. Apalagi kalau itu berhubungan dengan nurani dan hati, bahkan sampai ke hubungan pertemanan. Ya ben jelas gitu. Ya ndak enak to? Tidur dengan kondisi banyak pikiran, apalagi masalah? Ini umuran anak SMA saja bisa, masak yang lebih gede dan bisa dikatakan dewasa tidak bisa? Malu lah.
Kabeh ki nek dirembug apik-apik lak dadine ya apik. Insya Allah 😀
Seperti sejenis film yang Visinema garap, film-film mereka menurut saya selalu membawa soundtrack yang tidak biasa. Beberapa lagu di film ini saya tidak begitu kenal, tapi jebulane apik. Nah, saiki saya jadi sibuk mendengarkan beberapa soundtrack yang mereka pakai. Good job, team!
Terima kasih untuk Geronimo yang sudah memberikan hadiah nobar kali ini. Jebulane ada komunitas bernama GScreen di Jogja. Ya sama seperti komunitas NontonYk gitu. Intine, kumpul, nonton, happy. Wiiii..