Beberapa hari lalu sempat stalking akun IG salah satu selebgram di Indonesia dan dia menuliskan tentang penerimaan. Bidang dia memang kebetulan bergaya androgini yang ndilalah e banyak orang Indonesia belum bisa menerima.
Saya ndak mau fokus di gaya androgininya dia ya. Yang saya fokus adalah tulisan dia di post IG tersebut. Dia menyebutkan tentang pentingnya sebuah penerimaan bagi semua manusia. Yes, dan saya menyetujui itu. Jadi, penerimaan terhadap orang lain itu perlu. Magsud saya begini, menerima orang lain dengan apa adanya diri mereka itu sangat perlu, apalagi sebagai manusia yang hidupnya komunal.
Manusia ndak isa hidup sendiri. Selalu ada orang lain yang membantunya. Makhluk lain wes, bisa tumbuhan, hewan, dan manusia. Nah, karena hidup komunal ya menjadi pribadi yang bisa menerima manusia lain itu sangat diperlukan. Mulailah dari hal paling sederhana, dengan tidak banyak mengeluh tentang gaya manusia lain. Ya terima saja teman pakai baju atasan abing mblingir bawahan ijo pupus. Selama dia nyaman. Beli pakaian tidak pakai uang dari njenengan, ya wes ben wae.
Penerimaan secara lahiriah, oke. Sekarang bagaimana dengan penerimaan cara berpikir orang lain? Ini yang rada sulit. La pie, jal? Coba dicermati kembali. Sekarang ini banyak berita bohong berseliweran di layar handphone dan mudah sekali diakses. Bagi mereka yang sumbu pendek, berbeda pendapat bisa sampai adu jotos. Tapi, kalau tiap pribadi ada sense of control diri kemudian menerima semua pendapat yang beda dengan asik-asik saja. Ya damai tenang sentausa lah Indonesia ini.
Saya, mungkin termasuk beruntung, mempunyai begitu banyak orang yang mau menerima saya apa adanya. Sebagai orang yang banyak jelek nya, saya terkadang malu dengan keadaan ini. Teman saya begitu bisa ngemong saya, padahal saya masih embuh.
Namun, dari semua yang berbau penerimaan dan pemakluman. Menerima diri kita sendiri jauh lah lebih penting. Memaklumi bahwa kita ya hanya sak derma manungsa, urip gari nglakoni, selayaknya banyak syukur yang dihaturkan dari pada sambat. Jadi, sebelum memulai menerima orang lain dan menambah nikmat syukur kepada Illahi, sudahkah njenengan menerima diri njenengan terlebih dahulu?
#Seucap