Categories
Uncategorized

Masa lalu

Ini random banget. Ndak ada niat awalnya untuk bercerita hari ini, tapi karena seorang rekan kerja bercerita tentang pengalamannya, maka akhirnya saya jadi bahan untuk rasan-rasan.

Cerita dia tentang masa lalu. Bukan masa lalu dia ndilalah e, tapi masa lalu orang lain yang ndilalah e membuat dia kena awu anget. Tersebutlah, istri teman dia mendapati dia membuat IG story yang secara tidak sengaja merekam si suami. Sontak si sitri DM teman saya ini. Awalnya sedikit emosi, lantas akhirnya mereda dan malah terceritalah kisah masa lalu si istri dan suami tersebut.

Kurang lebihnya, si istri ketakutan kalau cerita masa lalu kembali mengganggu kehidupan rumah tangga mereka. Bukan sebuah masa lalu yang bagus memang, itulah kenapa si istri menjadi ketakutan. Cukup beralasan memang. Ya kita kan ndak pernah tahu juga apa yang akan terjadi ke depan memang. Bisa jadi orang yang dulu berbuat khilaf menjadi sepenuhnya sadar, atau ya bisa kumat-kumat an gitu. Ya kabeh-kabeh ki lak ndak ada yang tahu.

Masa lalu ki nek saya ibarat kena telek. Nemplek. Tapi masa lalu ki luwih ganas. La itu lak kebawa sampai dengan manusia dikubur. Nek telek ijik meso keno ilang kalau diguyur hujan atau dikerot pakai tisu. La nek masa lalu ki sesuatu yang melekat. Nemplek sak lawase. Bagi seorang perempuan di mana dia adalah sosok pengingat yang handal, dalam hal ini tidak bisa dianggap sepale. Bisa saja dia di awal bilang oke, njuk memaafkan. Tapi ketika nanti datang masalah kecil, bisa saja diungkit lagi, terus dan terus. Njuk akhirnya ya malah nesunan gak uwis-uwis. Gak kesel? Eman atine, Lur.

Saya berpendapat, sebisa mungkin memutus karma yang tidak baik dengan selalu melakukan hal di hari ini dengan tuntas. Hari ini kan akan menjadi masa lalu, nah, buatlah hari ini menjadi hari yang baik. Jika ada masalah, diselesaikan supaya nanti di hari yang akan datang tidak akan diungkit kembali. Menyelesaikan masalah memang bukan perkara yang mudah, meski tidak bisa dibilang susah. Sebagai seorang yang sudah dewasa, seyogianya memang bisa diajak rembugan.

Saya sendiri berprinsip, getun tuku mbangane getun ra tuku. Jadi, mending ribut di hari ini tapi nanti ngunduh wohing pakarti yang baik dari pada menelan pahit hari ini nanti ngunduh bom waktu berupa ledakan masalah yang kembari diungkit. Ngelu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *