Beberapa hari lalu, Teteh Fala Adinda memposting insta-story tentang kaki nya yang belang karena bekas luka akibat jatuh dan warna kulit yang tidak sama. Saya lantas berkomentar bahwa beberapa orang malah suka dengan kondisi tersebut.
Termasuk saya. Entahlah, sebutlah saya aneh, namun saya suka dengan luka jatuh yang meninggalkan bekas “indah”. Okelah belang, tapi ya tetap bisa dilihat. Cukuplah di beda warna. Tidak lantas ada belang di dalam belang. Semoga njenengan paham magsud saya ini. Selain luka karena jatuh, luka karena terkena knalpot juga kadang menyisakan belang yang membuat warna kulit menjadi tidak sama bahkan belang parah. Namun, apapakh itu menjadi masalah besar? Untuk saya? Nggak juga. Weslah. Saya sudah dalam tahap itu. As long as I can walk, that would be fine. Really.
Berkegiata di luar entah itu karena olahraga atau karena memang tuntutan pekerjaan juga membuat warna kulit terkadang menjadi belang. Lengan menjadi dwi warna. Yang atas putih, yang bawah hitam atau kalau yang sering terjadi di kulit saya adalah kemerahan. Lantas, saya apakan? Ya tak lotion saja seperti biasane. Tak wenehi aloe vera gel saja tiap malam. Biasane perih memang kalau terbakar matahari, tapi nanti bisa sembuh dan enakan. Sek penting sedurunge uis nganggo lotion juga sebelum e. nek perlu nganggo sun-block. Jadi, nggak gitu masalah juga.
Selain luka jatuh dan knalpot, terdapat luka yang saya malah sering bikin sendiri karena masuk angin. Luka karena kerokan. Ngelu karena masuk angin itu ndak enak sama sekali. Saya termasuk suka dikerok karena membuat badan menjadi lebih segar dan enakan, apalagi kalau kondisi benar-benar tidak enak badan. Kalau masuk angin ya langsung sendawa hingga keras gitu kalau dikerok. Dan itu rasanya luar biasa. Bekas kerokan juga kadang membuat orang tidak pede. Lah, saya malah cuek saja. Luweh lah. Sek penting ndang gelis sehat.
Luka dan kesakitan tersebut untuk saya tergolong indah. Luka yang memberikan pengalaman. Sakit memang. Pahit terkadang. Namun, apa yang mengingatkan akan luka tersebut terkadang menjadikan manusia menjadi lebih bijaksana. Kalau kemudian mengulang kesakitan tersebut, bisa saja kalau tidak sengaja. Namun, mengejakan diri untuk kembali menikmati rasa sakit, beberapa orang mungkin masih mau. Sedangkan, beberapa memilih untuk nisih wae lah, mlipir turut pinggir.
Ha! Nek luka hati? Hahaha! Monggo dijawap sendiri 😀