Kemarin setelah nengok anak seorang kerabat, saya njuk jajan tumbas mi ayam di salah satu langganan saya. Saya ndak akan cerita tentang mi ayamnya. Saya mau cerita sedikit tentang apa yang saya lihat kemarin sore. Sebenernya ini sudah banyak banget kejadian yang serupa, ning ya lagi saiki wae saya bisa nulisnya.
Pas saya makan, tiba-tiba satu keluarga kecil (bapak, ibu, dan seorang anak usia 6/7 tahun) masuk ke warung tersebut. Ndilalah e duduk di dekat saya duduk. Pas datang, bapak menyerahkan pesanan ke ibu, jadi ibu yang diminta untuk mesen makanan yang mau dia makan. Oke. Kemudian mereka sekeluarga duduk. Anak di tengah. Setelah mak dheg, mereka duduk, bapak dan ibu lantas membuka hape mereka masing-masing. Anak ndomblong nggak jelas dengan ekspresi dicuekin. Duh, kog ndak enak banget saya ngelihatnya.
Saya jadi kasihan dengan si anak karena dia dicuekin. Dia kalah sama hape bapak dan ibu. Duduk di tengah, iya. Diapit bapak dan ibu, iya. Looks a kaluarga nan bahagia, iya. Ning kog kalah ro hape. Kan mesakne. 🙁
Saya prihatin, la jan-jan e kan moment jajan di luar rumah itu bisa jadi sebuah family time untuk keluarga tersebut atau untuk anak tersebut. Dia mungkin di hari esoknya kan bercerita kepada temannya kalau dia baru saja diajak pergi jajan sama bapak ibunya, ning kog gur sekadar jajan saja. Tidak ada interaksi bapak, ibu, dan anak yang harmonis. Oke-oke, mungkin saya sok tau, mungkin mereka sudah harmonis di rumah. Ya gur ndilalahe wae kui mereka teka nanag warung njuk mak dheg dolanan hape dewe-dewe.
Pernah saya membaca, kalau orangtua menginginkan anaknya nyenukmembaca, ya contohkanlah untuk membaca buku. Nggak, ini nggak sulit. Pangeran Siahaan pernah menyatakan, hanya orang malas saja yang nggak mau membaca. Susahnya apa sih membaca? Tinggal duduk dan buka buku. Udah. Baca, deh. Mosok sekian lama sekolah dan belajar baca njuk nggak mau membaca. Kan sedih. Ken memprihatinkan. Kan bikin hadeeh. Iya, anak memang lebih anteng kalau mainan hape. Tapi, yakin mau dijejelin hape terus? Nanti kalau mereka sudah gede dan “lupa” sama orangtuanya karena lebih memilih mainan hape, orangtua mengeluh kalau anaknya lebih memilih mainan hape. Kan jadi embuh. 😐
Dari begitu banyaknya yang saya lihat kalau orangtua lebih nyenuk mainan hape pas di luar rumah daripada nggatekne anaknya. Beberapa anak bahkan suka teriak-teriak ketika meminta sesuatu dan berlarina ke sana ke mari. Apabila terjatuh, lantas si ibu menyalahkan anaknya yang tidak hati-hati atau malah menyalahkan kodok invisible-nya. Itu dilakukan di restoran, sodara-sodara. Tempat umum.
Parenting memang tricky, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Bisa, pasti. Saya yakin itu. Yuk, belajar tentang ilmu pengasuhan anak. Bermanfaat banget loh ini. Penting loh ini. Both ya, bapak sama ibu. Jangan ibu nya aja. Kan le gawe bareng-bareng. Haha. #dikeplak
2 replies on “Family Time”
Uwong modern, sing diajak caturan mesti sing gek adoh. Moga2 anake suk nek nggawe cucu ora sambi dolanan HP dewe2 🙂
Tul