Sekalimat itu membuat saya berpikir kembali bahwa, eh bener juga. Ya jenenge wae urip tetanggan nang desa, srawung atau bersosialisasi ki ya perlu we nganggo banget. Kalimat judul yang saya pakai itu kurang lebih artinya adalah, kalau njenengan tidak pernah kenal atau bersosialisasi dengan tetangga, ya pas njenengan nikah besar kemungkinan nggak ada tetangga yang datang. Datang di sini artinya sinoman.
Sinoman adalah kegiatan muda-mudi atau karang taruna di suatu desa menyajikan suguhan kepada tamu ketika salah satu warganya sedang punya hajatan. Kegiatan ini sebenarnya sederhana dan sangat mudah dilakukan. Menjadi tidak sederhana ketika misalnya, njenengan punya hajat tapi njenengan tidak pernah srawung itu tadi. Hasilnya, ya hajatan njenengan jadi suwung dari lalu lalang para pemuda dan pemudi. Njuk akhirnya ya para ibu-ibu muda yang diberi tanggungan pekerjaan ini. Bagi beberapa orang yang konservatif, kalau tidak mau disebut kolot, yang namanya laden atau orang yang menyuguhkan suguhan di hajatan itu ya dicari yang muda. Istilahnya, yang masih bisa disawang. Gitu.
Tidak ada yg srawung dalam hal punya hajat, nek di tempat saya, berlaku ketika hajatannya adalah nikahan. Kalau ndilalah e lelayu, besar kemungkinan itu tidak akan terjadi. Kenapa? Karena kan kasusnya sedang berduka, kebanyakan aka nada “bantuan kemanusiaan” meskipun yang ndilalahe kesripahan yo ora ngumumi banget. Meskipun demikian, biasanya ya le do ewang-ewang gur sak tekane. Dalam artian, ya apa perlunya saja. Perlunya ada tratak, ya dipasang. Perlunya hanya sampai dikuburkan, ya dibantu sampai selesai. Gitu.
Nah, supaya tidak suwung, kalau hidup di desa kudu gimana srawungnya? Minimal, kalau lewat depan rumah orang, klamit. Untuk selanjutnya ya ngumumi kegiatan di desa. Mulai dari gotong-royong, membantu kalau ada yang berkesusahan atau meminta pertolongan, termasuk ikut laden kalau ada yang punya hajatan. Ada orang yang terbilang kaya tetapi ya suwung-suwung saja pas punya hajat, tapi ada juga yang orang biasa saja tapi nggak suwung banget pas punya hajat. Itu bisa terjadi karena keaktifan srawungnya dimasyarakat.
Nek ndilalahe yang punya hajat orang kaya, ya tinggal pesan katering berikut dengan laden sinomannya sekalian. La kalau tidak? Akan harus putar otak supaya para tetamu tidak merasa diterlantarkan. Nek prinsip gampangnya dari suwargi bapak, ketika saya keset untuk srawung, beliau berkata “ Nek koe mati ijik njaluk tulung liyan nggo ngangkat layon, yo ojo keset le srawung”. Gitu, gaes 😀