Skip to the content
Sebenarnya nama museum ini adalah Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, tetapi saya akan menyebutnya dengan Museum AAU saja ben gampang. Hehe
Beberapa waktu lalu pas masih libur sekolah dan di bulan Syawal, saya sempet dolan ke Museum AAU untuk ngeterke ponakan dan ya nyeneng-nyeneng ke awaku dewe. Ini adalah kali ke dua saya ke museum ini. Dulu sekali pas jaman senam badan musyawarah museum. Apa bedanya? Koleksinya bertambah dan saya baru tahu kalau ternyata di museum ini ada perpustakaannya. Wow!
Harga tiket masuknya enam ribu rupiah. Ini tanpa pemandu, entah kalau dengan pemandu akan nambah berapa. Parkir umumlah, dua ribu rupiah. Di pos satpam depan sebelum masuk ke wilayah perumahan AAU (Tolong dikoreksi kalau saya salah), pengunjung diminta untuk meninggalkan salah satu kartu identitas. Biasanya KTP, tapi kalau tidak ada KTP ya SIM bisa. Selain meninggalkan kartu identitas, sekaligus juga menyampaikan akan ke museum atau mungkin ada perlu lain, ke rumah salah satu anggota (mungkin).

Museum ini letaknya di komplek perumahan AAU, jadi sebelum sampai di museumnya, njenengan bisa lihat ada pura dan sekolah. Jalannya lebar dan bersih. Nyaman. Museum ini punya halaman yang sangat luas dan bersih. Ya pie le ra jembar, la wong nggo parkir pesawat. Luasnya kurang lebih 4 hektar, Lur. Monggo dibayangke dewe saja sepiro kesel e nek diubengi seko pojokan tekan pojokan meneh. Mulai dari ukuran pesawat yang untuk dua orang, sampai yang buat ngangkut logistic, njenengan bisa lihat di halaman museum. Dolan di halaman museumnya saja sudah cukup nek njenengan gur arep theng-theng crit dan sekedar ketok dolan. Serius.
Memasuki bangunan museum, di ruang depan disambut dengan patung lambang lencana AAU berikut dengan profil dan foto Kepala Staff AAU yang pernah menjabat. Lanjut ke dalam, terdapat profil dan sejarah museum AAU, bentuk dan informasi lengkap tentang seragam anggota AAU dan kegunaannya. Senjata dan alat dokumentasi yang digunakan staff AAU, serta koleksi pesawat lagi. Terdapat diorama tentang sejarah lahirnya angkatan udara di Indonesia. Ada satu ruangan khusus untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi pilot, namun tidak bisa dipakai setiap saat karena petugas yang jaga tidak setiap saat ada. ada bioskop juga di dekat pintu keluar. Bisa digunakan atau tidak? Saya kurang tau wong lupa tanya. Hehe.

Njenengan pernah dengar nama Bp. Chappy Hakim? Nah, beliau dulu kepala staff AAU dari tahun 2002-2005. Beliau ini aktif sekali menulis dan buku beliau banyak banget dipajang di dekat pintu keluar museum, sebelahan dengan took souvenir. Sayang sekali tidak dijual, namun bisa dibaca di perpustakaan yang berada di samping bangunan museum.
Selain koleksi pesawat yang bertambah, terdapat juga bunker yang berada tepat di depan pintu keluar museum. Awalnya bunker ini tertutup tanah, kemudian digali kembali dan sekarang dipergunakan untuk memamerkan foto dan profil bungker tersebut. Meskipun berlokasi di bawah tanah, njenengan tetap bisa melihat isi bunker dengan jelas karena penerangan yang bagus.
Museum ini sebenarnya ada hubungannya dengan monument di Ngoto Bantul iring kidul sana. Di Ngoto itu ada monument tempat dulu kadet Adisucipto dan Adisumarmo serta Abdul Rahman Saleh jatuh ditembak oleh tentara musuh. Pankapan saya ulats yes. Sementara saya berbagi info tentang ini dulu. Sangat tidak sia-sia mendatangi museum ini dan sangat menumbuhkan rasa nasionalisme. Yok! Dolan nang museum!