No. Ini adalah pendapat pribadi. Sangat bisa salah dan bisa juga benar. Meskipun demikian, apapun itu. Sendiri itu pasti dan kesepian itu pilihan. Jadi, njenengan lebih memilih yang mana?
Jadi, kemarin akhirnya nonton lah ini salah sawijining film sek uwis dikangsenke bakal ditonton dari bulan Februari karena jarene apik. Ya uwis, mumpung durung turun layar, akhire nonton lah. Pokoknya, kalau nonton film sekarang ini saya lebih suka untuk low expectation meskipun reviewnya bwagus-bwagus atau malah sampai info ending film dibocorkan. Pokoknya, nggak berharap banyak dulu.
Dari awal saya memperhatikan film ini, kog selo banget alurnya, lambat tapi detail sekali sehingga perkenalan dengan karakter di film ini dirasa lengkap dan sangat membantu sampai di akhir film. Meskipun begitu, akan selalu ada tanya di tiap menit menonton film ini. Ini akan bagaimana? Akan seperti apa? Kog gitu? Owh, gitu? Dsb-dsb.
Endingnya buat saya embuh banget. Embuh dalam artian yang membuat saya berfikir, owh, ada to kehidupan single yang seperti itu, di Jakarta. Ya gimana, ya? La setting film di Jakarta, kalau di Surabaya ya saya akan mengganti kata Jakarta dg Surabaya. Lokasi-lokasi di film yang membuat saya kepengen ke sana ya pas Richard lewat di tangga yang sekaligus ada jalan untuk motornya itu. Btw-btw, itu Jakarta sebelah mana? Bisa kali info-info lokasi, sapa tau saya ada rejeki ke sana ye kan? 🙂
Sebenarnya, lewat film ini saya seperti berkaca pada diri Richard. Kog itu saya banget 🙁
Lebih banyak meluangkan waktu untuk bekerja dan dolan-dolan dengan teman untuk sekedar “membuat lupa” atau tidak kembali ingat akan sakit yang masih dg bodohnya disimpan. Hop! Rasah curhat. Di film ini juga saya kembali mengingat-ingat tentang “owh, tahapan pacaran itu kurang lebih gitu ya? Dikenal-kenalin ke teman, diajak ngobrol dari yang remeh sampai yang serius, dari yang mengingatkan untuk makan sampai ya kalau bisa siapin makan.”
Nek saya tidak salah ingat, saya dulu banget pernah juga punya mau bikin usaha macam pacar sewaan gitu. Gampangnya aja wes ya, teman sewaan atau gandengan. Rencana tersebut akhirnya gagal karena ya dianggap lucu oleh teman yang saya ceritakan dan dianggap tidak realistis, juga karena saya nggak ngerti bagaiman harus memulainya. sekarang saya jadi berfikir, sekiranya ide saya yang embuh waktu itu terwujud, akan ada berapa orang yang baper jal? Sepertinya, akan ada banyak Richard-Richard yang semakin galau kalau rencana saya itu jadi beneran :))
Banyak sekali sepertinya hal yang membuat saya kembali sadar bahwa urip ki yo dilakoni apa sek ana, Dek. Btw-btw, uwis siap kelangan?