Bukan. Ini bukan review tentang film Satu Hari Nanti. Ini adalah sekedar ngudha rasa saya setelah menontong film tersebut. Tahun ini cukup banyak film yang saya tonton namun, hanya beberapa yang bisa membuat saya berfikir kalau tidak mau dikatakan melamun. Hehe..
Setelah menonton film tersebut, dari beberapa konflik yang ada di dalamnya, saya menjadi sedikit berfikir. Apakah seperti itu kehidupan orang dewasa? Fokusnya adalah pada dengan mudahnya berganti pasangan. Saya melihatnya beberapa scene seperti itu. Ketika ada masalah, lalu ada sosok yang “menemani” lantas dengan mudah berpaling. Mungkin sebetulnya ya ora segampang itu juga. Saya saja yang terlalu subjektif. Pasti ada kan ya, sedikit risih di hati ketika seseorang yang sudah punya pasangan kog terus berpaling ke yang lain. Dan dari film ini juga saya punya pikiran bahwa selingkuh itu rumit.
Tetapi, kalau menurut saya, apabila memang ya sudah tidak ada kecocokan, ya mbok pisah wae, ben gak ana sek kelaran atine. Memilih untuk tetap bersama dengan orang yang kita sama sekali sudah tidak ada rasa itu seperti ya hanya menjalani rutinitas. Membosankan. gitu-gitu aja terus sampai mati. Terdengar cukup mengerikan ya. Huhuhu..
Selain itu, ada juga pas scene Din yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman ngomong ke Chorina (diperankan oleh Ayu Sita) “ Kita nikah yuk!”. Saya membatin, “Bwajigur! Iki ngejak rabi kog le gampang banget! Koyo ngejak jajan mi ayam wae!”. Hahahaha..
Hal yang sebetulnya menjadi lamunan saya selama beberapa bulan terakhir ini adalah ya tentang menjadi jujur kepada diri sendiri. Dan, kebetulan, di film itu saya melihat beberapa scene yang ada kalimat tentang keberanian untuk berkata jujur.
Jadi, sudahkah anda jujur?