Pada hari Sabtu 15 Juli lalu berlangsung acara bertajuk “Mataram Culture Festival 2” di sepanjang Jalan Malioboro. Acara yang dihelat oleh Pemerintah Kota Jogja dalam hal ini Dinas Pariwisata bertujuan untuk kembali memperkenalkan dan memasyarakatkan beragam dolanan anak yang sekarang ini mulai ditinggalkan dan tidak dikenal olek anak-anak. Dipilihnya lokasi Jalan Malioboro karena Pemkot Kota Jogja memiliki program revialisasi kawasan tersebu sebagai tempat umum dan eskpresi kota. Pada hari itu tidak hanya kelompok bermain yang melakukan atraksi dolanan (permainan), warga atau wisatawan yang sedang berjalan dan menikmati pedestrian Malioboro diperbolehkan ikut serta bermain bersama. Sembari melihat beberapa barang jualan pedagang di Malioboro, beberapa wisatawa juga tertarik untuk mencoba atraksi permainan anak ini. Atraksi interakif ini sangat menarik minat para wisatawan untuk tahu ragam dolanan anak dan mendokumentasikannya tentu saja.
Acara Mataram Culture Festival ini berlangsung dari jam 09.00-21.00 WIB namun beragam dolanan anak dikemas dalam acara ”Parade Bocah Dolanan” berlangsung pada pukul sekitar dua siang hingga pukul lima sore. Berbagai dolanan anak dipergakan di sepanjang Jalan Malioboro mulai dari depan Kantor Dinas Pariwisata hingga depan Pasar Bringharjo. Terdapat 7 tempat yang melangsungkan kegiatan doalan anak ini.
Sebut saja diantaranya permainan egrang. Permainan ini sangat jarang dijumpai di kota besar dan sangat sedikit yang bisa memainkanya dengan lancar. Permainan ini menggunakan batang bambu sebagai alat utamanya. Sebuah bambu berukuran sedang dipotong sepanjang kurang lebih dua meter kemudian sekitar 50 cm dari bagian bawah dibuat lubang. Lubang ini lantas digunakan sebagai pijakan kaki pemain egrang. Pijakan yang digunakan biasanya terbuat dari batang bambu yang berukuran sedang. Pijakan kaki haruslah kuat karena akan menjadi pengganti kaki pemain egrang. Pemain harus bisa menjaga keseimbangan ketika melakukan permainan ini karena mengangkat badan sendiri di atas egrang tidaklah mudah.
Permainan lain yang tidak kalah seru dan membuat beberapa wisatawan bisa bergabung mencoba permainan tersebut adalah Dakon. Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua orang secara berhadap-hadapan. Permainan ini menggunakan papan berlubang dan beberapa biji buah (biasanya menggunakan biji dari buah sawo yang biasa disebut “kecik”). Papan dalam permainan ini biasanya terbuat dari kayu. Papan tersebut kemudian dibuat beberapa lubang sebagai tempat untuk kecik. Setiap pemain bermain secara bergantian mengedarkan kecik tersebut dan setiap pemain memiliki lumbung untuk menyimpan kecik yang diedarkan tersebut. Pemain yang berhasil menyimpan kecik lebih banyak merupakan pemenang dari permainan tersebut. Dibutuhkan kejelian untuk bermain dakon ini supaya tidak kalah hitung dengan lawan. Permainan ini cukup menguras pikiran karena setiap pemain harus tahu lubang yang berisi kecik mana yang dimainkan. Sangat menarik. Terdapat permainan yang bersifat komunal seperti cublak-cublak suweng yang melibatkan setiap peserta menyanyikan lagu tersebut. Sangat menarik karena peserta juga berlomba saling keras mengeluarkan suara ketika bernyanyi. Permainan ini sangat seru dimainkan secara beramai-ramai. Setelah melakukan hompimpa untuk mengundi siapa yang “dihukum” di tengah lingkaran peserta, peserta yang melingkar lantas menyanyikan lagu Cublak-Cubla Suweng secara bersama-sama. Peserta yang dihukum berada di tengah lingkaran dan membungkukan badan sembari menutup mata. Peserta yang bernyanyi salah satu menjadi penyimpan “harta” yang harus ditebak oleh peserta yang dihukum tersebut. Permainan ini tidak mudah karena bagi yang diberi hukuman, dia harus tahu peserta mana yang menyimpan harta terebut hanya dari gerak dan gelagat si penyimpan. Menarik dan sangat melatih kepekaan.
Selain ragam permainan anak dalam Parad Bocah Dolanan tersebut, pada sore hari hingga menjelang malam juga terdapat acara bertajuk Mataram Art Performance. Khusus untuk acara Mataram Art performance dipusatkan di Monumen Serangan Umum 1 Maret yang tepat berada di depan Gedung Agung atau Istana Negara Jogjakarta. Acara ini menghadirkan pertunjukan sendratari yang dibagi menjadi dua sesi. Acar Mataram Art Performance dimulai pada pukul enam sore dan berakhir sekitar pukul sepuluh malam. Acara tersebut ditutup dengan acara makan malam bersama. Hal yang unik pada saat penutupan adalah santap malam tersebut dikemas dalam bentuk dahar kembul atau kenduri.