
Beberapa hari lalu saya menyempatkan kembali datang ke rumah dome di kawasan Sleman. Rumah ini selain disebut dome juga disebut sebagai rumah Teletubbies karna memang bentuknya serupa dengan rumah di serial boneka tersebut. Kedatangan saya ke sana selain karna memang terpancing oleh meme beberapa waktu lalu, juga karna ingin mengajak teman saya yang dari Kediri untuk lebih mengenal Jogja dan segala hal di dalamnya. *agak berlebihan, oke, biarkan
Perjalanan dimulai jam sebelas siang, padahal janjian awalnya mau mulai jalan jam delapan pagi, sodara-sodara. Memalukan? Iya 🙁
Jam sebelas pagi kami mulai dengan sarapan soto di wilayah ring road selatan dengan kalap. Setelahnya, kami melanjutkan perjalanan menuju arah Kalasan. Kami ambil jalan Wonosari karna memang itu rute tercepat. Menyusuri Jalan Wonosari sampai di pertigaan lampu merah setelah Pasar Piyungan, kami ambil jalan ke kiri. Kami susuri sampai ada papan petunjuk ke arah Rumah Dome tersebut. Mudah dijangkau meskipun baru pertama kali ke sana. Warga sudah sangat sadar akan keharusan kemudahan bagi pengunjung, selain karna mungkin capek kalau selalu ditanya di mana letak Rumah Dome tersebut 🙂
Akhirnya kami sampai sana, namun kami belum menuju ke Rumah Dome langsung karna kami lebih penasaran dengan Bukit Teletubbies. Kendaraan kami arahkan menuju Bukit Teletubbies di timur Rumah Dome. Jalan menanjak dan tidak begitu bagus, akhirnya tidak sampai puncak karna kendaraan tidak kuat nanjak
Kami turun dan langsung menuju sekretariat Rumah Dome. Di sini, pengunjung akan disambut oleh pemandu tempat wisata ini. Ada harga yang harus dibayar ternyata. Lima ribu rupiah untuk tiket di tempat ini dan dua ribu rupiah untuk parkir. Setelah pengunjung mengisi buku tamu dan membayar biaya tersebut, maka pengunjung bisa memulai perjalanan mengelilingi kawasan Rumah Dome tersebut.
Struktur bangunan yang bulat terlihat unik dan membuat interior rumah terlihat tidak biasa. Semua rumah di kawasan ini berlantai dua dengan dua ruang tidur, satu kamar mandi, dapur, dan satu ruang tamu. Cukup luas untuk ukuran keluarga baru. Lahan pekarangan juga lumayan untuk sekedar bercocok tanam dalam pot. Hal yang unik menurut saya adalah sistem pengairan. Di kawasan ini, sistem pengairan jadi satu, jadi kalau mandi disarankan untuk bergantian supaya tidak menjadi rebutan. Kalau digunakan bersamaan, maka akan habis dengan cepat dan merepotkan.
Apabila musim jambu, pengunjung bisa sekalian membeli jambu air di kawasan ini sebagai oleh-oleh atau dimakan langsung di kawasan ini. Harganya rata-rata lima belas ribu rupiah dan bisa dibeli di sekretariat.